Abstrak
Paper ini membahas bagaimana teknologi interaktif berperan sebagai faktor utama yang menjelaskan pertumbuhan dan keunggulan LSM. Penulis paper ini, yaitu Jonathan dan David memposisikan teknologi interaktif bukan sebagai alat melainkan sebagai bagian dari proses evolusi bersama yang membentuk praktik organisasi. Saat review ditulis, paper ini sudah berusia 18 tahun. Meskipun demikian, pendekatan yang digunakan pada paper ini berhasil memberikan penjelasan yang cukup kuat dan relevan untuk menjelaskan transformasi LSM hingga saat ini, terutama jika dikawinkan dengan perkembangan revolusi industri 4.0—yang menawarkan teknologi Big Data dan Data Science yang sedang populer dewasa ini.
Keyword: LSM, Teknologi Interaktif, Pengetahuan.
Image by Rudy and Peter Skitterians from Pixabay
1. Problem yang Dibahas
Jonathan dan David mengawali pembahasan langsung pada inti persoalan, yaitu ko-evolusi LSM yang dipicu oleh teknologi interaktif. Untuk dapat memahami bentuk organisasi baru ini, J&D mengajak pembaca untuk mempelajari bagaimana peran dan praktik LSM bertransformasi bersamaan dengan munculnya teknologi interaktif baru. Menurutnya, transformasi tersebut dipercepat oleh alat digital yang memungkinkan untuk mengakses informasi teks, audio, visual, dan data base dalam lingkungan interaktif yang luas dan masif.
Namun, menurut Jonathan dan David, tidak satu pun dari faktor-faktor tersebut yang secara langsung dapat menjelaskan pertumbuhan LSM. Menurutnya, semua dari teknologi interaktif tersebut hanyalah konteks yang menyediakan peluang. Oleh karena itu, inti pertanyaan pada paper ini adalah mengapa LSM dapat mengambil keuntungan dari keadaan ini?
2. Solusi Paper
Paper ini berusaha menunjukkan bahwa jawabannya terletak pada perkawinan ko-evolusi LSM dengan teknologi interaktif. Jonathan dan David meletakan dasar asumsi bahwa teknologi tidak dilihat sebagai alat, melainkan dilihat sebagai bagian dari proses ko-evolusi yang membentuk praktik organisasi. Pandangannya tentang masyarakat adalah sebagai entitas yang terdiri dari manusia dan bukan manusia (benda, teknologi, pengetahuan, dsb). Menurutnya, pandangan ini dapat menjelaskan mengapa LSM mampu mengambil peran yang lebih kuat dan kontroversial sebagai co-konstituen transformasi global.
3. Penjelasan Solusi
Jonathan dan David mengawali penjelasan dengan mengungkapkan kemunculan ruang pengetahuan akibat teknologi interaktif baru tersebut. Menurutnya, pengaplikasian teknologi interaktif terjadi sangat luas pada internet. Internet memberikan pelayanan intim terhadap LSM, yang jika dikompres maka akan menghasilkan tiga kata kunci, yaitu tautan, pencarian, dan interaksi. Menurut J&D, pelayanan internet tersebut menghasilkan apa yang disebutnya sebagai ruang pengetahuan—yang di dalamnya menghubungkan struktur sosial dengan jaringan pengetahuan. Menurutnya, perkawinan struktur sosial dengan jaringan pengetahuan tersebut menghasilkan struktur sosial kognitif dan jaringan pengetahuan kognitif. Jonathan dan David berargumen bahwa LSM dapat mengambil manfaat dengan mengembangkan dan mempromosikan jaringan pengetahuan mereka melalui ruang pengetahuan tersebut. Dari argumennya tersebut, J&D berspekulasi bahwa kemunculan bentuk-bentuk baru organisasi sosial didasari oleh perkembangan ruang pengetahuan tersebut.
Selanjutnya, Jonathan dan David secara implisit menyatakan bahwa internet menghasilkan tatanan ruang-waktu baru, yaitu komunikasi real-time yang luas dan masif—yang dapat terhubung ke seluruh belahan dunia. Menurutnya, hal tersebut berdampak pada transformasi organisasi yang tercerminkan pada tiga bentuk perubahan. Pertama, pergeseran isu sosial dari isu kesakralan kedaulatan menjadi isu penegakan norma-norma universal. Kedua, pergeseran struktur dari struktur terdesentralisasi ke struktur terdistribusi. Ketiga, berubahnya model perubahan sosial dari model difusi menjadi model penerjemah.
Berikutnya, Jonathan dan David menjelaskan bahwa LSM mengalami pergeseran dari penerapan kedaulatan autarki menjadi kedaulatan kolaborasi. Menurut J&D, pergeseran ini pertanda keterlibatan LSM dalam memanfaatkan tatanan ruang-waktu baru—yang dihasilkan dari internet (teknologi interaktif baru). J&D berargumen bahwa konsep jaringan pengetahuan sejalan dengan logika operasional LSM. Secara implisit J&D juga menyatakan bahwa tampak ideal apabila LSM memanfaatkan kemudahan komunikasi dan jaringan pengetahuan yang difasilitasi oleh teknologi interaktif tersebut.
Menurut Jonathan dan David, pertumbuhan tinggi LSM tidak hanya terkait dengan adanya peningkatan eksternal (teknologi interaktif baru), melainkan juga disebabkan LSM itu sendiri bergerak ke kolaborasi ketika menyadari bahwa kesuksesan terjadi saat kolaborasi. J&D juga menekankan pentingnya hubungan informal yang dibangun oleh pemimpin LSM sebagai pengorganisasian kekuatan selain dari akar rumput.
Namun, J&D tampak kesulitan dalam menjelaskan bagaimana LSM mengatasi konflik internal yang muncul akibat penerapan kedaulatan kolaborasi. J&D justru terseret kepada penjelasan relativis yang menggantungkan jawaban pada kemampuan subjektif aktor LSM dalam menghadapi konflik tersebut. Sehingga sulit untuk memisahkan antara penyebab eksternal (teknologi interaktif) atau penyebab internal (aktor LSM) dalam menentukan penyebab utama pergeseran menuju kedaulatan kolaborasi.
Kelemahannya tersebut semakin terbuka ketika Jonathan dan David justru menyimpulkan pernyataan dari hasil-hasil yang telah tampak pada perubahan besar LSM. Menurutnya, LSM telah berhasil berubah dan berada di garis depan dalam menggeser isu sosial dari isu kesakralan kedaulatan ke isu norma-norma universal, hal ini diakibatkan perpindahan menuju kedaulatan kolaborasi. Namun, apakah hasil perubahan tersebut mengindikasikan adanya pemanfaatan pelayanan teknologi interaktif yang berhasil? Atau justru lebih mengindikasikan keberhasilan aktor LSM? Atau terdapat faktor lainnya yang lebih signifikan? Logika deduksi yang digunakan J&D tersebut bermasalah karena berpotensi menggeneralisir setiap transofrmasi yang dialami oleh LSM. Meskipun demikian harus diakui, bahwa fungsi utama LSM sebagai penerjemah isu sosial memiliki logika yang sejalan dengan pelayanan ruang pengetahuan yang disediakan oleh teknologi interaktif.
Pada pembahasan selanjutnya, Jonathan dan David menyatakan bahwa penggunaan teknologi interaktif oleh LSM dan pergeseran kedaulatan menuju kolaborasi menjadikan peran LSM dalam globalisasi menguat, terutama sebagai model perantara pengetahuan. Menurutnya, penguatan model ini masuk akal. Hal ini disebabkan masyarakat modern diatur oleh informasi terukur yang diperantarai oleh mereka yang memiliki informasi dan mereka yang membutuhkannya. Dengan begitu, menurut J&D, LSM menempati posisi strategis dalam menerjemahkan isu sosial untuk menghimpun massa.
Menurut Jonathan dan David, LSM itu sendiri dapat bertransformasi dari penekanan fungsinya sebagai perantara informasi menjadi penekanan pada fasilitator pengetahuan (pemberi solusi). Menurutnya, LSM yang bertujuan mencari solusi dari suatu isu akan menggunakan fitur pencarian untuk menautkan dan berinteraksi. Lebih jauh lagi, peran LSM sebagai fasilitator pengetahuan dapat membawa LSM ke dalam asosiasi kekuasaan deliberatif. J&D memperkuat pernyataannya dengan mengutip hasil studi Charles Sabel, bahwa bukan negara yang lebih unggul sebagai fasilitator pengetahuan, melainkan asosiasilah yang lebih unggul sebagai fasilitator pengetahuan—yang mana asosiasi ini memungkinkan keterlibatan peran LSM di dalamnya. Dengan begitu, ketika LSM bergabung dengan asosiasi kekuasaan deliberatif tersebut, maka LSM berpotensi memainkan peran yang lebih besar dalam pengembangan institusi regional dan global.
Pada bagian akhir penjelasan, Jonathan dan David memberikan kesimpulan yang tidak proporsional. Ketidak-proporsionalannya terlihat pada penekanan yang terlalu optimis terhadap peningkatan fungsi pengetahuan sebagai sumber daya yang menciptakan kekuatan abadi asosiasi. Padahal dewasa ini, signifikansi pengetahuan hampir selalu terikat pada situasi kelas. Artinya, secerdas apapun LSM sebagai pemberi solusi akan hampir selalu dirintangi oleh struktur kelas yang ada. Pengetahuan memiliki kekuatan dalam asosiasi dikarenakan menguntungkan kepentingan-kepentingan kelas tertentu. Optimisme J&D terhadap meningkatnya fungsi pengetahuan adalah upaya untuk melebih-lebihkan peran teknologi interaktif yang memfasilitasi penciptaan ruang pengetahuan yang kemudian dapat membawa LSM ke dalam asosiasi kekuasaan. Jonathan dan David juga memberikan poin baru yang tidak dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, yaitu munculnya pernyataan bahwa teknologi interaktif dapat memberikan hambatan pada transformasi LSM. Penulis tidak menemukan penjelasan atas poin ini.
4. Peluang Pengembangan Penelitian
Pada akhir tulisannya, Jonathan dan David memberikan saran pengembangan penelitian agar berfokus pada dampak perkembangan ruang pengetahuan yang difasilitasi oleh teknologi interaktif terhadap transformasi yang mungkin terjadi pada LSM.
Referensi
Bach, J., & Stark , D. (2002). LINK, SEARCH, INTERACT: THE CO-EVOLUTION OF NGOs AND INTERACTIVE TECHNOLOGY. ISERP WORKING PAPER 02-03, 1-12.