Tampilkan postingan dengan label Durkheim. Tampilkan semua postingan

Dunia berubah. Dahulu kehidupan bermasyarakat terbilang sederhana. Masyarakat hadir dari unit-unit manusia yang memiliki kesamaan dalam ba...

Dunia berubah. Dahulu kehidupan bermasyarakat terbilang sederhana. Masyarakat hadir dari unit-unit manusia yang memiliki kesamaan dalam banyak hal — kesamaan nilai, aktivitas, kemampuan, dan cara hidup. Pekerjaan yang menyangkut kepentingan hidup khalayak ramai — dapat ditanggung bersama-sama oleh setiap anggota masyarakat. Dahulu kebutuhan hidup manusia masih terbilang sederhana — sehingga pembagian kerja yang spesifik tidak terlalu dibutuhkan. Kini dunia telah berkembang pesat, kebutuhan semakin kompleks, pembagian kerja semakin spesifik, dan kehidupan bermasyarakat kini menjadi rumit.

Solidaritas Organis Durkheim
Image by Gerd Altmann from Pixabay 

Perbedaan yang Mengikat dan Spesialisasi Kerja

Apabila pada zaman dulu masyarakat hadir sebagai representasi kesamaan di antara anggota-anggotanya, kini, masyarakat hadir sebagai representasi perbedaan di antara anggota-anggotanya. Berkembangnya zaman menghadirkan berbagai macam kebutuhan baru di masyarakat. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan itu, spesialisasi pembagian kerja semakin digencarkan. Tujuannya tidak lain ialah mengejar efektivitas dan efisiensi manusia dalam melakukan pekerjaan.

Apabila dulu individu-individu dapat menopang kehidupan bermasyarakat dengan kemampuan kerja yang general. Kini, tidak lagi. Setiap individu, saat ini, harus memiliki kemampuan kerja yang spesifik untuk menopang kehidupan bermasyarakat. Masyarakat dengan segala kompleksitas kebutuhannya — menuntut individu agar memiliki keahlian yang terspesialisasi pada sektor-sektor tertentu. Jika individu menolak untuk memenuhi tuntutannya, maka, individu tersebut menjadi kurang bernilai di masyarakat.

Spesialisasi kerja yang dimainkan individu menjadi sangat penting bagi individu lainnya. Misalnya, apabila kita ingin makan ayam siap saji, maka kita bisa langsung pergi dan mengeluarkan uang untuk menyantap ayam di restoran. Di balik kejadian itu — terdapat proses panjang hingga ayam itu siap disajikan di meja makan anda. Kita tidak perlu lagi direpotkan untuk memelihara ayam, membesarkannya, memasaknya, hingga kemudian dapat menyantapnya — proses itu telah dikerjakan oleh individu lainnya — yang telah terspesialisasi pada sektor-sektor yang bersangkutan. Uang yang kita bayarkan di kasir — pada gilirannya mengalir kepada mereka yang terlibat dalam proses penyajan ayam tersebut.

Ketergantungan antar individu terhadap perbedaan kemampuan yang mereka miliki — mengikat mereka ke dalam bentuk masyarakat organis — yaitu masyarakat yang dipadukan oleh perbedaan yang ada di antara anggotanya.

The Division of Labour in Society (Durkheim, 1893/1965) dikenal sebagai karya sosiologi klasik pertama (Tiryakian, 1994). Durkhem berpenda...

The Division of Labour in Society (Durkheim, 1893/1965) dikenal sebagai karya sosiologi klasik pertama (Tiryakian, 1994). Durkhem berpendapat, bahwa pembagian kerja yang tinggi bukannya menandai keruntuhan moral sosial, melainkan melahirkan moralitas sosial jenis baru. Tesis utamanya ialah bahwa masyarakat modern tidak terbentuk berdasarkan kesamaan yang dimiliki individu-individu dengan pekerjaan yang sama, akan tetapi terdapat pembagian kerja yang memaksa individu-individu pada masyarakat modern untuk terikat dan saling bergantung satu dengan yang lainnya. Perubahan dalam pembagian kerja tersebut memiliki implikasi yang sangat besar bagi perubahan struktur masyarakat.

Division of Labour Durkheim
Image by Gerd Altmann from Pixabay 


Solidaritas Mekanis dan Organis

Perubahan bentuk pembagian kerja memiliki dampak yang besar bagi struktur masyarakat. Perubahan tersebut dapat terdeteksi melalui praktik atau cara yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk bertahan dan bagaimana anggota dari suatu masyarakat merefleksikan diri mereka sebagai bagian dari masyarakat yang utuh. Durkheim membagi dua tipe solidaritas , yaitu mekanis dan organis.

Solidaritas mekanis

Merupakan suatu masyarakat yang dibentuk, dipadu, dan dipertahankan oleh sebab praktik kehidupan masyarakat yang senantiasa terikat dalam aktivitas yang sama. Masyarakat ini dibentuk oleh banyaknya kesamaan yang ada di antara mereka. Anggota masyarakat memiliki kemampuan generalis, sehingga dapat memainkan peranan yang berbeda-beda dan dapat saling menggantikan peran anggota masyarakat lainnya. Dengan demikian, bentuk dari masyarakat ini dipertahankan oleh tanggung jawab yang bersama dari setiap anggotanya. 

Bentuk solidaritas seperti ini umumnya ditemukan pada masyarakat tradisional, yang praktik kehidupanya menggunakan cara-cara yang sederhana dan belum terdapat pembagian kerja secara spesifik. Masrarakat tradisional memiliki kemampuan generalis (mampu melakukan banyak hal untuk menopang kehidupan). Sehingga, masyarakat dengan bentuk ini hanya membutuhkan beberapa orang atau kerabat yang secara praktis dapat menopang kehidupan masyarakat.

Masyarakat tradisional memiliki kesamaan nilai, pemahaman, dan kepercayaan yang kuat yang menyatukan mereka, sehingga memliki kesadaran kolektif yang tinggi. Masyarakat dengan solidaritas mekanis memiliki hukum yang bersifat represif. Pelanggaran dinilai sebagai serangan terhadap sistem moral yang diyakini kebenarannya dan dijaga oleh masyarakat. Pelanggar akan dihukum sesuai sistem moral yang diyakini di masyarakat dan umumnya cenderung lebih berat.

Solidaritas organis

Adalah masyarakat yang menjadi padu dan bertahan disebabkan perbedaan-perbedaan yang ada di dalamnya. Dengan sebuah fakta, bahwa semua orang memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda, sehingga mengharuskan mereka saling terikat dan bergantung satu sama lain. Umumnya bentuk solidaritas ini ditemukan pada masyarakat modern yang telah mengenal pembagian kerja secara spesifik. Misalnya, masyarakat modern dalam menjalankan praktik kehidupan bermasyarkaat, membutuhkan berbagai macam barang dan jasa dari orang lain agar dapat bertahan hidup. Ketergantungan terhadap penjual makanan, polisi, guru, montir, teknisi pln, teknisi komuniaksi, tekniksi bangunan, menyebabkan masyarakat modern harus terikat dan saling menopang kebutuhan masyarakat satu sama lain.

Masyarakat modern memiliki kesadaran kolektif yang rendah, hal ini disebabkan lebih berfungsinya pembagian kerja untuk mengikat masyarakat. Kesamaan nilai, norma, budaya cenderung diabaikan pada praktik kehidupan masyarakat ini. Masyarakat lebih membutuhkan fungsi-fungsi spesial atau spesifik yang dimiliki oleh orang lain, ketimbang kesamaan nilai yang ada pada diri mereka.Hukum yang terdapat pada solidaritas organis bersifat restitutif, di mana seseorang yang melanggar mesti melakukan restitusi untuk kejahatan mereka. Pada masyarakat ini, pelanggaran dilihat sebagai serangan terhadap individu tertentu atau segmen tertentu dari suatu masyarakat dan bukannya terhadap sistem moral itu sendiri.

Daftar pustaka

Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2009). Teori Sosiologi (Dari teori sosiologi klasik sampai perkembangan mutakhir teori sosial postmodern) (3rd ed.). Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta.

Cara manusia berpikir, merasa, dan bertindak tidak bisa dipisahkan dari kekuatan-kekuatan yang mendorong serta memaksa manusia dari 'l...

Cara manusia berpikir, merasa, dan bertindak tidak bisa dipisahkan dari kekuatan-kekuatan yang mendorong serta memaksa manusia dari 'luar'. Baik sadar ataupun tidak, perilaku manusia dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan tersebut. Pernahkah anda berpikir, mengapa kita berpakaian? mengapa kita mengartikan hewan-hewan tertentu sebagai makanan dan hewan tertentu lainnya sebagai 'teman'? mengapa kita bermasyarakat?. Persoalan tersebut tidak hadir begitu saja di kehidupan manusia. Terdapat berbagai macam kekuatan yang ikut menentukan proses pendefinisian perilaku (cara berpikir, merasa, bertindak) manusia serta pendefinisian kehidupan manusia itu sendiri. Pada postingan ini, kekuatan-kekuatan yang dimaksudkan tersebut ialah kekuatan sosial, seperti apa sifat dan bentuk kekuatan tersebut? mari simak pembahasan berikut ini.
Fakta Sosial Durkheim

Image by Mimzy from Pixabay 

Fakta Sosial

Durkheim berpandangan bahwa perilaku manusia dibentuk oleh kekuatan-kekuatan eksternal yang memaksa individu agar berperilaku dengan cara-cara tertentu. Dukheim mendefinisikan situasi tersebut sebagia fakta sosial. Untuk membedakan sosiologi dengan disiplin ilmu psikologi, Durkheim menegaskan dua hal mengenai fakta sosial. Pertama, fakta sosial dapat diartikan sebagai pengalaman individu yang terdefinisikan oleh kekuatan-kekuatan eksternal yang memaksa, bukannya dorongan internal. Kedua, fakta sosial meliputi seluruh masyarakat dan tidak terikat pada kekuatan individu apa pun. 

Durkheim memberikan beberapa contoh mengenai fakta sosial, termasuk aturan, moral, dan kesepakatan sosial. Dia juga memasukan bahasa sebagai fakta sosial yang paling mudah dipahami. Alasannya yang pertama, bahasa adalah sesuatu yang harus dipelajari secara empiris. Kita tidak bisa memikirkan aturan bahasa secara filosofis. Tepatnya, semua bahasa memiliki aturan logis berdasarkan tata bahasa, pengucapan, pelafalan, dan lainnya; akan tetapi semua bahasa juga memiliki pengecualian yang penting terhadap aturan logis (Quine, 1972). 

Kedua, bahasa adalah sesuatu yang berada di luar individu. Meskipun individu menggunakan dan menguasai bahasa, bukan berarti individulah yang mendefinisikan bahasa. Fungsi dasar bahasa adalah komunikasi dan makna bahasa bersifat sosial, karena itu bahasa diluar kontrol individu. Individu tidak dapat memberikan makna secara personal terhadap suatu bahasa, karena bahasa akan kehilangan fungsi dasarnya, yakni komunikasi. 

Ketiga, bahasa memaksa individu. Individu-individu dalam kelompok tertentu menggunakan jargon-jargon tertentu yang mereka pahami bersama dengan maksud mempermudahkan mereka untuk berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Sebagai contoh, komunitas programer akan berkomunikasi menggunakan jargon-jargon khusus yang memberikan penjelasan secara spesifik mengenai persoalan bahasa pemrograman, algoritma, dsb. Dalam hal ini bahasa sebagai jargon yang mengikat komunikasi sesama individu dalam suatu kelompok dan berfungsi memberi kemudahan dalam memahami persoalan-persoalan yang spesifik. 

Terakhir, perubahan dalam bahasa hanya bisa dipelajari melalui fakta sosial lain dan tidak bisa hanya dengan keinginan individu saja. 

Fakta Sosial Material dan Non-material

Fakta sosial material dapat berupa gaya arsitetur, teknologi, gaya berpakaian, dsb. Fakta sosial ini relatif mudah dipahami karena jelas dan teramati. Fakta sosial material mencerminkan adanya kekuatan moral yang besar dan kuat yang berada di luar individu akan tetapi memaksa individu. Misalnya, gaya berpakaian yang menggunakan hijab, 'hijab' merupakan cerminan adanya kekuatan moral agama Islam. Kekuatan moral inilah yang disebut sebagai fakta sosial non-material. Studi Durkheim yang paling penting, dan inti dari sosiologinya, terletak pada studi faktra sosial non-material.

Durkheim mengatakan "Tidak semua kesadaran sosial mencapai…. eksternalisasi dan materialisasi"(1897/1951: 315). Artinya, terdapat kekuatan-kekuatan eksternal yang sifatnya memaksa namun tidak terealisasikan ke dalam wujud materil. Apa yang disebut norma, nilai, atau budaya yang disebut sosiolog secara umum (Alexander, 1988c) adalah contoh yang tepat untuk apa yang disebut Durkheim dengan fakta sosial nonmaterial.
“Lalu, di manakah norma dan nilai itu berada?, Bukankah norma dan nilai hanya dapat ditemukan di dalam pikiran aktor?, Jika semua berada di dalam pikiran aktor, bukankah itu berarti lebih bersifat internal ketimbang eksternal?”
Durkheim mengakui bahwa fakta sosial non-material memiliki batasan tertentu, ia ada di dalam pikiran Individu. Akan tetapi, ketika seseorang mulai berinteraksi secara sempurna, maka interaksi itu akan "mematuhi hukumnya sendiri" (Durkheim, [1912] 1965: 471). Artinya, individu diperlukan sebagai medium yang merealisasi kehadiran fakta sosial non-material. Akan tetapi, bentuk dan sifat dari fakta sosial terdefinisikan melalui interaksi yang terjalin di antara individu-individu tersebut, bukannya dorongan internal dari masing-masing individu.
"Hal-hal yang bersifat sosial hanya bisa teraktualisasi melalui manusia; mereka adalah produk aktivitas manusia" (1895/ 1982: 17) dan kedua, "Masyarakat bukan hanya semata-mata kumpulan sejumlah individu"(1895/1982: 103). 
Walaupun faktanya masyarakat memang terdiri dari orang-orang dan tidak mengandung substansi "spiritual" nonmaterial, namun dia bisa dipahami dengan mempelajari interaksi dan bukannya dengan mempelajari individu.

Daftar pustaka

Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2009). Teori Sosiologi (Dari teori sosiologi klasik sampai perkembangan mutakhir teori sosial postmodern) (3rd ed.). Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta.