Ada beberapa cara dalam memahami gender, salah satu caranya ialah dengan memahami gender sebagai atribut yang melekat pada diri individu. Pemahaman seperti ini melahirkan suatu pendekatan, yaitu individualis.
Photo by Tim Mossholder on Unsplash |
Pendekatan ini meyakini bahwa gender dibentuk oleh kontribusi biologis, genetik, dan psikologis manusia. Keyakinan ini berimplikasi melahirkan pemahaman bahwa biologis (misalnya: jenis kelamin) memberikan batasan terhadap terbentuknya gender. Terutama, peran-peran yang dihasilkan oleh jenis kelamin dalam hal reproduksi.
Terdapat dua perspektif utama yang lahir dari pendekatan ini. Pertama, perspektif yang memandang gender sebagai seperangkat sifat individu, kemampuan, atau kecenderungan perilaku. Perspektif ini berupaya untuk memahami bagaimana wanita dan pria sebagai gender berbeda secara biologis. Kedua, perspektif yang mengeksplorasi bagaimana wanita dan pria berubah menjadi gender. Perspektif ini berupaya untuk memahami proses biososial (interaksi antara dunia biologis dan dunia sosial) yang menghasilkan gender pada jenis kelamin pria dan perempuan.
Terlepas dari perbedaan dua perspektif tersebut, inti dari pendekatan ini ialah bagaimana perbedaan jenis kelamin membentuk gender. Karena fokus utamanya adalah perbedaan jenis kelamin menghasilkan sifat dan disposisi perilaku laki-laki dan perempuan, maka, tradisi dalam pendekatan ini lebih menekankan penggunaan istilah perbedaan jenis kelamin dari pada perbedaan gender. Walaupun begitu, penulis tetap menggunakan istilah gender untuk setiap bentuk penugasan sosial yang diberikan kepada kedua jenis kelamin tersebut.
Kedua perspektif dalam pendekatan tersebut melahirkan beberapa teori. Perspektif pertama, melahirkan teori kontribusi biologis dan genetik terhadap perbedaan jenis kelamin. Sedangkan perspektif kedua melahirkan teori sosialisasi gender. Pada teori sosialisasi gender, terdapat tiga jenis penekanan yang berbeda pada proses sosialisasinya, yaitu (1) pembelajaran sosial, (2) pendekatan kognitif, (3) pendekatan psikoanalitik.
Kontribusi Biologis dan Genetik
Teori ini memahami
bagaimana kontribusi biologi, genetika dan interaksinya dengan budaya dapat
memengaruhi kepribadian dan perilaku manusia. Bagi teori ini, perbedaan
seks dapat berkembang dan berfokus pada dua bidang umum: epigenetik dan evolusi. Penelitian
epigenetik tentang perbedaan jenis kelamin didasarkan pada gagasan bahwa
"baik gen dan lingkungan, bertindak bersama setiap saat, menentukan
struktur dan fungsi sel-sel otak dan dengan demikian perilaku organisme"
(Hoyenga dan Hoyenga 1993: 20).
Mereka
yang menggunakan perspektif epigenetik dan evolusi menciptakan hubungan langsung antara seks biologis, kepribadian, dan perilaku. Kelompok
ini melihat hubungan yang agak longgar antara seks dan gender.
Sosialisasi Gender
Teori ini memahami bahwa jenis kelamin merupakan bahan mentah dan harus diberikan peran (gender) melalui sosialisasi. Sosialisasi mengacu pada proses individu dalam menginternalisasi sifat dan karakteristik gender dan memperoleh jati diri. Melalui
sosialisasi, individu belajar mengenai apa yang diharapkan oleh masyarakat kepada mereka yang sebagai
pria atau perempuan.
Ada tiga teori utama teori sosialisasi gender. (1) Pembelajaran sosial, teori ini meyakini bahwa peran yang melekat pada gender dipelajari melalui bantuan dari luar individu (agen sosial). Anak-anak
diprogram melalui pemberian respon positif/ negatif, hadiah/hukuman, dan juga
melalui pengamatan terhadap pemodelan gender (perempuan/ pria). Teori ini memposisikan individu (anak-anak) pasif, dan peran agen sosial sangat ditonjolkan.
(2) Pendekatan kognitif, teori ini meyakini bahwa individu memperoleh makna gender dari dunia luar dan kemudian menggunakan makna itu melalui pemahamannya sebagai sarana membangun indentitas dirinya. Dalam teori ini, dunia sosial memfasilitasi pemaknaan mengenai gender, dan kemudian identitas gender tersebut digunakan oleh individu untuk membimbing persepsi dan tindakannya. Teori ini memposisikan individu (anak-anak) aktif menggunakan sarana-sarana (terutama identitas gender) yang disediakan dunia sosial mereka — untuk memahami diri mereka sendiri dan memahami dunia sekitar mereka.
(3) Pendekatan psikoanalitik, para ahli teori identifikasi menyatakan bahwa setidaknya beberapa aspek gender dihasilkan dari proses psikologis yang tidak disadari (Chodorow 1978; Johnson 1988; Williams 1989). Menurut Chodorow, identitas gender terbentuk selama masa kanak-kanak — anak-anak mengembangkan ikatan emosional dengan orang tua atau orang dewasa yang berjenis kelamin sama. Teori ini berupaya menjelaskan bagaimana perempuan dan pria mengembangkan perasaan pribadi mereka tentang apa artinya menjadi perempuan atau pria.
Kesimpulan
Semua perspektif dalam pendekatan ini mengeksplorasi seberapa banyak karakteristik pribadi orang - sifat, perilaku, dan identitas - dibentuk oleh kategori jenis kelamin kita. Jenis kelamin adalah sumber gender dan berperan menetapkan batasan pada sifat, perilaku, dan identitas individu. Karena gender adalah bagian dari individu, maka diasumsikan relatif stabil. Dengan demikian, pendekatan ini meyakini bahwa Individu tidak dapat memakai atau melepas gender mereka dalam situasi sosial apapun.
Daftar Pustaka
Wharton, A. S. (2005). The
Sociology of Gender: An Introduction to Theory and Research. Blackwell
Publishing.
0 komentar: