Manusia berbahagia, pun menderita. Manusia tertawa, pun menangis. Manusia tersenyum, pun cemberut. Kehidupan manusia tidak terpisahkan ole...

Komedi dan Tragedi

Manusia berbahagia, pun menderita. Manusia tertawa, pun menangis. Manusia tersenyum, pun cemberut. Kehidupan manusia tidak terpisahkan oleh kedua bentuk dikotomis peristiwa tersebut, yang penulis wakilkan dengan istilah komedi dan tragedi.
Gambar pohon komedi dan tragedi
Gambar oleh Franck Barske dari Pixabay 
Komedi dan tragedi memiliki hubungan yang sangat dekat, yaitu sebagai saudara kandung. Ibunya adalah pengalaman manusia yang mengoperasikan kehidupan, sedangkan bapaknya adalah mekanisme alam yang mengoperasikan realitas. Kalau ibu melakukan kesalahan kepada bapak maka lahirlah komedi. Kalau bapak melakukan kesalahan kepada ibu maka lahirlah tragedi. Kehidupan rumah tangga yang dipenuhi dengan pertengkaran antara subjektivitas sang ibu dan objektivitas sang bapak.

Sebagai permisalan ekstrem tragedi, maka kematian adalah yang paling mewakili bentuk mekanisme alam yang mustahil ditolak. Kematian menjadi tragedi karena sang bapak dengan objektivitasnya merenggut subjektivitas sang ibu secara paksa. Kehidupan yang diopersaikan oleh pengalaman manusia dihentikan oleh realitas yang dioperasikan mekanisme alam.

Namun, tidak semua kematian dijiwai sebagai tragedi. Tidak semua ibu posesif terhadap kehidupan manusia. Ada pula ibu yang memahami bahwa kedudukan subjektivitasnya dideterminasi oleh objektivitas sang bapak. Pemahamannya tersebut membawa pengalaman manusia pada level kesadaran tertinggi sebagai makhluk fana yang sedang sekarat menuju kematian. Dengan begitu, kematian hanya diartikan sebagai dialog perpisahan antara ibu dan bapak, antara pengalaman manusia dengan realitas alam.

Sedangkan komedi, maka kebodohan adalah yang paling mewakili bentuk pengalaman manusia yang secara potensial dapat ditolak. Kebodohan menjadi komedi karena sang ibu dengan subjektivitasnya dapat salah dalam memahami objektivitas sang bapak. Kesalahpahaman yang dihasilkan oleh pengalaman manusia senantiasa dimunculkan oleh benturan antara subjektivitas dengan objektivitas.

Namun, tidak seperti tragedi kematian. Komedi kebodohan tidak dialami oleh semua manusia. Faktanya, kesalahpahaman hanya terjadi di dalam pikiran individu. Oleh karena itu, kebodohan bersifat individual. Karena bersifat individual, komedi kebodohan hanya dialami oleh individu-individu yang melakukan kesalahpahaman terhadap kekakuan realitas alam. Dengan begitu, kebodohan menjadi komedi ketika individu-individu lain menyaksikan adegan kesalahpahaman manusia terhadap kekakuan realitas.

Pendek kata, kematian menyalahi keinginan manusia untuk tetap hidup, sehingga disebut sebagai tragedi. Sedangkan kebodohan menyalahi kekakuan mekanisme alam, sehingga disebut sebagai komedi. Tragedi adalah realitas yang tidak dapat dihindarkan, sedangkan komedi adalah pengalaman yang dapat dihindarkan. Oleh karena itu, objek dari tragedi adalah manusia secara keseluruhan, sedangkan objek dari komedi adalah manusia secara individual.

Lalu, bagaimana dengan cinta? Hemat penulis, cinta adalah titik temu keduanya. Perkawinan antara komedi dan tragedi. Sebagai komedi, cinta menyalahi kesendirian eksistensi manusia. Sebagai tragedi, cinta menyalahi kebersamaan esensial individu. Tidak heran, jika kebahagiaan cinta selalu dibayang-bayangi penderitaan.

0 komentar: